Sejarawan Belanda Harry Albert
Poeze mengatakan Tan Malaka adalah sosok yang berpikir dan bersikap positif
terhadap Islam. Bahkan, di masa revolusi, kata dia, Tan sering terlibat kerja
sama dengan orang-orang Islam, seperti para petinggi dan aktivis Partai Majelis
Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).
"Dia bilang Islam itu kodrat
dan kekuatan revolusioner yang mampu memperbarui Indonesia," ujar Harry
dalam acara public speech "Jejak Tan Malaka di Republik Muda" di Aula
Fakultas Sastra Universitas Jember, Senin, (10/2/2014).
Oleh sebab itu, kata Harry, Tan
selalu mengatakan bahwa orang-orang kiri harus bekerja sama dengan orang kiri
Islam untuk mewujudkan negara sosialis Indonesia. Namun, di masa revolusi itu,
kata dia, banyak aktivis Masyumi yang dipenjarakan oleh rezim Soekarno karena
dianggap bersimpati kepada Tan Malaka. "Tan melihat orang Masyumi sebagai
partai orang Islam yang progresif," kata Harry.
Sebagai orang Minangkabau, kata
dia, selama hidupnya Tan Malaka tidak pernah melawan Islam. "Dia hanya
pernah bilang: 'Kalau di muka Tuhan saya Islam, kalau di muka rakyat saya
seorang sosialis'", ujar Harry.
Harry mengaku kecewa karena acara
diskusi buku hasil penelitiannya di Surabaya digagalkan oleh komunitas Gerakan
Umat Islam Bersatu beberapa hari lalu. Namun, dia mengaku senang karena acara
diskusi bukunya bisa berlangsung lancar dan meriah di Kediri dan Jember.
"Saya kira mereka yang
melarang diskusi itu belum mengerti dan mungkin tidak mau mengerti tentang Tan
Malaka," kata Harry.
Sumber: Tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar