Laman

Kamis, 16 Januari 2014

16 Januari 1970 – Muammar Khadafi Menjadi Perdana Menteri Libya


Muammar Abu Minyar al-Qaddafi atau Muammar Khadafi saat itu masih berusia 27 tahun, perwira militer berpangkat kolonel, merasa jengah atas sikap Raja Idris I dari Libya yang berpangku tangan atas kekalahan 3 negara Arab; Mesir, Suriah, dan Yordania dari Israel dalam perang 6 hari. Ingin rasanya ia merebut kekuasaan dari tangan raja.

Kesempatan itu datang pada September 1969. Raja Idris, karena sakit-sakitan, berencana menyerahkan tampuk kekuasaan kepada keponakannya yang menjadi putra mahkota; Hasan as-Sanusi. Penyerahan tahta direncanakan berlangsung pada 2 September 1969. Sehari sebelum upacara, saat Raja Idris masih di luar negeri, Khadafi yang memimpin Dewan Revolusi mengumumkan lewat radio bahwa Libya berada di tangan Dewan Revolusi yang akan menyelamatkan negara dari kekosongan kekuasaan.

Pasukan Khadafi lantas menangkap kepala staf militer yang setia dengan Raja Idris. Setelah berhasil melakukan kudeta tak berdarah itu, Khadafi membubarkan Kerajaan Libya dan membentuk Republik Rakyat Sosialis Agung Jamahiriya Arab Libya dan mengganti bendera nasionalnya. Khadafi tak menyatakan diri sebagai presiden atau raja melainkan menahbiskan diri sebagai “brother leader” dan sang pemandu revolusi. Pada 16 Januari 1970 ia mengangkat dirinya sebagai Perdana Menteri hingga 1972.
Pada awal 2011, Libya terkena dampak Arab Spring. Rakyat turun ke jalan untuk melengserkan Khadafi. Ia enggan menyerah dan menurunkan para loyalisnya untuk memberangus massa penentangnya. Setelah berbulan-bulan Libya dilanda konflik bersaudara, kekuatan Khadafi melemah. Para loyalisnya berhasil ditangkap. Hingga akhirnya pada Oktober 2011, Khadafi tewas tertembak di kota kelahirannya sendiri, Sirte.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar