Muammar Abu Minyar al-Qaddafi atau Muammar
Khadafi saat itu masih berusia 27 tahun, perwira militer berpangkat kolonel,
merasa jengah atas sikap Raja Idris I dari Libya yang berpangku tangan atas
kekalahan 3 negara Arab; Mesir, Suriah, dan Yordania dari Israel dalam perang 6
hari. Ingin rasanya ia merebut kekuasaan dari tangan raja.
Kesempatan itu datang pada September 1969. Raja
Idris, karena sakit-sakitan, berencana menyerahkan tampuk kekuasaan kepada
keponakannya yang menjadi putra mahkota; Hasan as-Sanusi. Penyerahan tahta
direncanakan berlangsung pada 2 September 1969. Sehari sebelum upacara, saat
Raja Idris masih di luar negeri, Khadafi yang memimpin Dewan Revolusi mengumumkan
lewat radio bahwa Libya berada di tangan Dewan Revolusi yang akan menyelamatkan
negara dari kekosongan kekuasaan.
Pasukan Khadafi lantas menangkap kepala staf
militer yang setia dengan Raja Idris. Setelah berhasil melakukan kudeta tak
berdarah itu, Khadafi membubarkan Kerajaan Libya dan membentuk Republik Rakyat
Sosialis Agung Jamahiriya Arab Libya dan mengganti bendera nasionalnya. Khadafi
tak menyatakan diri sebagai presiden atau raja melainkan menahbiskan diri
sebagai “brother leader” dan sang pemandu revolusi. Pada 16 Januari 1970 ia
mengangkat dirinya sebagai Perdana Menteri hingga 1972.
Pada awal 2011, Libya terkena dampak Arab Spring. Rakyat turun ke jalan untuk melengserkan
Khadafi. Ia enggan menyerah dan menurunkan para loyalisnya untuk memberangus
massa penentangnya. Setelah berbulan-bulan Libya dilanda konflik bersaudara,
kekuatan Khadafi melemah. Para loyalisnya berhasil ditangkap. Hingga akhirnya
pada Oktober 2011, Khadafi tewas tertembak di kota kelahirannya sendiri, Sirte.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar