Laman

Kamis, 23 Januari 2014

23 Januari 1950 – Aksi Militer Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)



Pada akhir 1949, Mantan Kapten KNIL (Pasukan Kerajaan Belanda) Raymond Westerling yang juga mantan komandan Depot Speciale Troepen (Pasukan Khusus) KNIL membentuk organisasi bernama Ratu Adil Persatuan Indonesia (RAPI) dan memiliki kesatuan bersenjata yang disebut Angkatan Perang Ratu Adil (APRA). Milisi ini kebanyakan terdiri dari mantan anggota KNIL yang melakukan desersi dari pasukan khusus Regiment Speciale Troepen (RST).

Tujuan Westerling adalah mengganggu prosesi pengakuan kedaulatan dari Kerajaan Belanda kepada pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 27 Desember 1949. Upaya itu dihalangi oleh Letnan Jenderal Buurman van Vreeden, Panglima Tertinggi Tentara Belanda. Tak berhenti di situ, pada Kamis 5 Januari 1950, Westerling mengirim surat ultimatum kepada pemerintah RIS yang berisi tuntutan agar Pemerintah RIS menghargai negara-negara bagian, terutama Negara Pasundan, mengakui APRA sebagai tentara Pasundan. Apabila tidak ada jawaban positif dalam waktu 7 hari, maka Westerling akan mengobarkan perang.

Hingga akhirnya pada 23 Januari 1950, pasukan APRA memasuki kota Bandung dan membunuh semua orang berseragam TNI (Tentara Nasional Indonesia) yang mereka temui. 94 anggota TNI tewas dalam pembantaian tersebut. Selain di Bandung, sejumlah anggota pasukan RST yang dipimpin oleh Sersan Meijer menuju Jakarta untuk menangkap Presiden Soekarno dan menduduki gedung-gedung pemerintahan. Namun serangan itu gagal lantaran dukungan dari pasukan KNIL lain dan Tentara Islam Indonesia (TII) seperti yang diharapkan Westerling tidak muncul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar