Laman

Rabu, 08 Januari 2014

8 Januari 1855 – Pangeran Diponegoro Meninggal



Mustahar adalah nama lahir Pangeran Diponegoro, putra sulung Hamengkubuwono III, raja Mataram di Yogyakarta, dari seorang garwa ampeyan (selir/istri non permaisuri). Adapun nama kecilnya adalah Raden Mas Ontowiryo.
Diponegoro menolak keinginan ayahnya untuk diangkat sebagai raja lantaran ibunya bukanlah permaisuri. Ia lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat. Perlawanan Diponegoro terhadap pemerintah kolonial Belanda berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik leluhur Diponegoro di Tegalrejo. Sebenarnya itu adalah puncak dari kemarahan perilaku Belanda yang arogan, tidak menghargai adat istiadat, dan mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak.
Saat itu, Diponegoro menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabil menghadapi kaum kafir. Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden. Karena itu berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Diponegoro. Akhirnya pada 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Di sana, ia menyatakan bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado, lalu dipindahkan ke Makassar hingga maut menjemputnya di pengasingan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar